Senin, 30 Juni 2014

Penerbitan Indie dan Penerbitan Major

Buku merupakan muara akhir sebuah kegiatan menulis. Pendapat itu mungkin ada benarnya. Karena sebuah buku akan mendokumentasi tulisan dengan rapi, menarik dan cukup aman. Buku akan bermanfaat buat penulis dan juga pembaca lainnya.
Bagi sebagian orang memiliki buku karya sendiri menjadi dambaan atau impian. Ada yang hanya sebatas angan-angan panjang. Ada yang meraihnya dengan bekerja keras.
Kalau dulu impian di atas mungkin merupakan hal yang amat sulit untuk diwujudkan dalam kenyataan. Hal itu karena teknologi informasi belum semaju seperti sekarang. Sebaliknya sekarang, melalui jalur penerbitan indie- hampir dapat dikatakan setiap orang yang mempunyai tulisan dapat menerbitkan buku sendiri. Melalui jasa penerbit indie-dengan gratis maupun sejumlah biaya- seseorang dapat menerbitkan buku karyanya.
Penerbit Mayor
Banyak penulis pemula, yang ingin tulisannya diterbitkan ke penerbit mayor. Hal itu wajar adanya. Namun yang perlu diperhatikan, sudahkah kualitas tulisan memenuhi kriteria yang diinginkan penerbit tersebut?
Penerbit Mayor -setahu saya- biasanya akan menerbitkan sebuah buku, mencetak, dan mengedarkannya ke toko-toko buku, tulisan seseorang dengan biaya sepenuhnya ditanggung penerbit tersebut. Bahkan penerbit tersebut akan memberikan royalti terhadap penulis buku tersebut. Mengingat biaya yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan oleh penerbit. Wajar saja jika penerbit menginginkan sebuah buku yang bermutu. Sekali lagi bermutu.
Penerbit tidak mau merugi hanya karena sebuah buku yang tidak bermutu. Buku dengan kualitas semacam itu-biasanya-tidak akan laku. Teronggok sepi di rak buku.
Buku yang bermutu dihasilkan dari tulisan yang bermutu juga. Tulisan yang bermutu ditulis oleh penulis yang bersungguh-sungguh mengasah kemampuan menulisnya sehingga menjadi penulis yang disiplin, menaati aturan, menaati Dead Line, dan seterusnya. Penulis semacam itu yang dapat dikatakan sebagai penulis profesional.
Penerbit Indie
Bagi penulis pemula-biasanya-akan menerbitkan tulisannya secara indie dengan bantuan jasa penerbit indie. Buku dengan kualitas apapun biasanya akan mudah untuk terbit karena yang menerbitkan dirinya sendiri meskipun melalui jasa penerbitan indie. Meskipun indie biasanya buku tersebut memiliki ISBN. Tampilannya tidak akan jauh berbeda dengan buku yang diterbitkan major.
Sebagai pendukung buku yang terbit indie, biasanya akan dilakukan launching buku, dan promosi buku oleh penulisnya. Hal itu akan membantu mendongkrak penjualan buku.
Berbeda dengan penerbit major yang biasanya langsung cetak massal, penerbit indie-biasanya cetak dengan sistem POD (Print on Demand), yakni cetak berdasarkan permintaan. Bisa satu buah buku, bisa juga dalam jumlah yang banyak.
Di era sekarang, mungkin masalah mayor atau indie bukanlah hal yang terlalu utama. Adanya kemajuan teknologi informasi dapat membuat buku indie tidak kalah dengan buku mayor.
Hal yang penting-barangkali-pada mutu dan manajemen buku. Buku yang bermutu didukung manajemen penjualan yang profesional. Dengan tampilan yang dapat dikatakan sama, pembaca tidak akan terlalu mempermasalahkan penerbit indie atau penerbit major. Pembaca akan mencari buku yang bermutu, entah siapapun penerbitnya. Itu-mungkin-kuncinya.

Sumber: Agus Pribadi, http://media.kompasiana.com/buku/2012/07/22/penerbit-mayor-vs-penerbit-indie-478993.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar